MITHA FILANDARI
24212612
SMAK06-5
REVIEW BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN 2
LDR (Loan to Debt Ratio)
Dalam kegiatannya, bank memiliki tujuan sebagai berikut : 1.
Konservatif, 2. Moderate, dan 3. Ekspansif. Jika bank bertujuan untuk melakukan
ekspansif maka LDR (Loan to Debt Ratio)
maksimal 110%. LDR merupakan perbandingan antara Loan (pinjaman) dengan
penjumlahan Deposit dan Capital. Bank yang melakukan ekspansi memiliki pengaruh
terhadap profit karena interest spread
income-nya semakin besar.
Sumber pendapatan bank ada dua, yaitu :
1.
Interest Spread Income (i2 – i1)
Pendapatan ini berasal dari produk
bank, seperti pinjaman
2. Fee Based Income
Fee Based Income akan memaksimalkan
deposit yang dimiliki. Pendapatan ini berasal
dari jasa bank, seperti:
a. Kliring
b. Valas
c. Transfer
d. Save deposite box
e. Inkaso
f.
LC
(Letter of Credit) dan B/G (Bilyet Giro)
Kedua sumber pendapatan tersebut berasal dari Dana Pihak
Ketiga (DPK).
Bank berperan sebagai fund
manager bagi nasabah sehingga pendapatan (revenue) saja tidak cukup. Oleh karena itu, bank ingin menaikkan
profit yang bisa dilakukan dengan menaikkan revenue dan menurunkan cost (biaya). Hal tersebut dapat dilakukan
dengan dua metode, yaitu:
1.
Optimalisasi
Jika bank ingin menaikkan revenue, maka bank dapat melakukan
optimalisasi revenue dengan cara
menaikkan LDR, otomatis loan akan
meningkat sehingga bank menjadi ekspansif di masyarakat. Namun, dalam melakukan
optimalisasi revenue ini risikonya
cukup besar maka bank harus memiliki modal yang cukup sehingga bank akan
menaikkan CAR (Capital Adequency Ratio) atau rasio kecukupan modal. CAR ini
untuk berjaga-jaga jika ada kredit macet. Kebijakan yang terbaru pada tahun
2014 menetapkan besarnya CAR minimal 20%. Optimalisasi sangat tergantung pada
dana pihak ketiga kemudian berintegrasi sehingga memberikan fasilitas dan
kemudahan melalui teknologi informasi dan integrasi data base.
2.
Efisiensi
Efisiensi biaya dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu :
a. Melalui kegiatan operasional bank dengan
cara memanfaatkan penggunaan teknologi informasi sehingga dapat memberikan
keamanan dan kenyamanan. Contohnya, mesin ATM, penggunaan mesin ATM dapat
menghemat dalam mempekerjaan teller sehingga dapat menambah optimalisasi base income.
b. Melalui Human Resources yang berkaitan dengan Human Capital. Human Capital
merupakan orang/pekerja yang memiliki keahlian, kapabilitas, sertifikasi dan
orang yang dapat melakukan multitasking
sehingga menjadi salah satu asset perusahaan.
Kedua metode diatas dapat dilakukan jika hukum “The Law of
The Large Number” terpenuhi. Sebagai contoh, bank lebih memilih ada 1000
nasabah yang menabung di bank dengan uang sebesar Rp 10.000 pada masing-masing
nasabah dibandingkan hanya ada satu orang nasabah yang menabung sebesar Rp
1.000.000.
LRR (Legal Reserve
Requirement)
LRR merupakan ketentuan bagi bank umum untuk menyisihkan dana
pihak ketiga yang diperolehnya dalam cadangan giro wajib minimum pada Bank
Indonesia. LRR terbagi menjadi dua, yaitu:
1.
Reserve
Requirement (RR)
RR merupakan giro wajib minimum yang
berupa rekening koran pada BI dengan jumlah 2% dari depositnya.
2.
Excess
Reserve (ER)
ER merupakan cadangan giro wajib
minimum berupa rekening koran pada BI.
Jika rekening koran pada BI tinggi berarti banyak dana yang Unloanable Fund sehingga bank lebih aman
jika terjadi culture shock (krisis)
tetapi bank tidak bisa optimal dalam kegiatan operasionalnya karena dana
tersebut tidak dapat disalurkan (kredit). Sedangkan jika rekening koran pada BI
rendah maka jika terdapat goncangan, bank akan mudah drop. Oleh karena itu,
bank melakukan solusi melalui Risk
Management yang terdiri dari lima level, high to low. Risiko ada yang dapat dikontrol ada pula yang tidak
bisa dikontrol. Risiko yang dapat dikontrol seperti berapa jumlah cek atau giro
nasabah. Risiko yang tidak dapat dikontrol seperti perilaku nasabah jika
mendengar isu-isu (rush).
Corporate Communication
Pada Industri Keuangan terdapat bidang pekerjaan baru, yaitu Corporate Communication yang sebelumnya
termasuk dalam sekretaris perusahaan. Corporate
Communication memiliki slogan “Customer Wallet Share” (Dompet Kepedulian
Nasabah). Salah contoh dari Corporate
Communication yaitu kegiatan yang dilakukan Bank dalam menghimpun dana “tanam
satu pohon” sehingga nasabah menyumbangkan uangnya melalui debit card atau
credit card untuk membeli benih pohon yang nantinya akan ditanam oleh Bank
tersebut.
Konglomerasi
Terstruktur
Keterangan :
(1)
SITI
BANK ingin melakukan ekspansi tetapi tidak ingin menyiapkan modal yang besar
sehingga SITI BANK menyalurkan kredit kepada PT. X, perusahaan leasing.
(2)
SETRA
COMPANY meminjam uang kepada SITI BANK untuk membuka usaha.
(3)
PT.
X melakukan kerja sama dengan SETRA COMPANY dalam melakukan penjualan motor
kepada Mr. G dengan harga Rp 10 juta.
(4)
PT.
X mengasuransikan motor yang dijualnya ke perusahaan asuransi (PT. ZK) jika ada
pembeli yang tidak dapat melunasi pembelian kredit motor dengan membayar premi
kepada PT. ZK Rp 10.000. Suatu hari Mr. G meninggal sebelum melunasi kreditnya,
karena PT. X sudah mengasuransikan motor yang dijualnya maka PT. X mendapatkan Uang
Pertanggungan (UP) sebesar Rp 10.000.000.
(5)
Melihat
transaksi yang terjadi antara PT. X, SETRA COMPANY, dan PT. ZK membuat SITI
BANK tertarik untuk bekerja sama dengan
PT. ZK dalam asuransi perbankan sehingga SITI BANK memiliki pengaruh pada PT.
ZK.
(6)
PT.
ZK mendapatkan premi dari PT. X sebesar Rp 10.000 dengan menjamin penjualan
motor dengan harga Rp 10 juta. Namun, PT. ZK tidak sanggup menanggung risiko sebesar Rp 10 juta tersebut.
PT. ZK hanya mampu menjamin Rp 2 juta sehingga hanya mendapatkan premi Rp
2.000. Kemudian PT. ZK bekerja sama dengan perusahaan asuransi lain, PT. KL
untuk menanggung uang Rp 8 juta sehingga PT. KL mendapat premi Rp 8.000. Hal
ini disebut Reasuransi.
(7)
PT.
KL ternyata tidak sanggup untuk menanggung Rp 8 juta dan hanya dapat menanggung
Rp 2 juta sehingga PT. KL mengajak kerja sama perusahaan lain, PT. OP untuk
menanggung sisanya sebesar Rp 6 juta. Oleh karena itu, PT. KL hanya mendapat Rp
2 ribu dan PT. OP mendapat Rp 6 ribu atas premi. Hal ini disebut Retrocessi.
(8)
Dalam
hal ini, PT. OP mendapat bagian yang paling besar, sehingga PT. OP membuat tiga
perusahaan baru, yaitu OK, LO, MO. Kemudian ketiga perusahaan tersebut melakukan
pembelian saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan proporsi 25% (OK), 20% (LO),
dan 15% (MO) dan menjual kembali saham tersebut segera setelah harga saham
tersebut naik (short selling) dengan mendapatkan capital gain.
(9)
Pada
suatu saat, SITI BANK menjual sahamnya ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan dibeli
oleh OK, LO, dan MO pada proporsi seperti diatas tetapi tidak dijual kembali. Hal
ini menyebabkan kepemilikan ketiga perusahaan tersebut jika digabung atas saham
SITI BANK sebesar 60%. Dengan kata lain, PT. OP memiliki saham pada SITI BANK
sebesar 60%. Persentase ini menyebabkan PT. OP memiliki kepemilikan atas SITI
BANK dan secara tidak langsung PT. OP juga memiliki pengaruh terhadap PT. ZK.