Perkembangan
Strategi dan Perencanaan Pembangunan Ekonomi Indonesia
1. Strategi Pembangunan
Ø Strategi
Pertumbuhan
Pertumbuhan
ekonomi adalah peningkatan ouptut masyarakat yang disebabkan oleh semakin
banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi
masyarakat tanpa adanya perubahan cara-cara atau “teknologi” produksi itu
sendiri.
Menurut para Ekonom :
- Budi Santoso, 1997
Strategi pembangunan
dengan pertumbuhan terbukti gagal menyelesaikan persoalan-persoalan dasar
pembangunan. Dalam kiprahnya strategi itu justru menciptakan
persoalan-persoalan seperti kemiskinan, keterbelakangan dan kesenjangan antar
pelaku ekonomi.
-
Boediono, 1982
adalah proses kenaikan
output per kapita dalam jangka panjang. Sedangkan teori pertumbuhan ekonomi
bisa kita definisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang
menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan penjelasan
mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, sehingga
terjadi proses pertumbuhan.
Strategi pembangunan
ekonomi suatu negara akan terpusat apada upaya pembentukan modal, serta
bagaimana menanamkannya secara seimbang, menyebar, terarah dan memusat,
sehingga dapat menimbulkan efek pertumbuhan ekonomi. Namun akibatnya sering
terjadi kepincangan sosial yang semakin tajam antara yang di kota dan yang di
desa, antara yang kaya dan yang miskin, dan antar daerah.
- Selanjutnya bahwa
pertumbuhan ekonomi akan dinikmati oleh golongan lemah melalui proses merambat
ke bawah ( trickle – down – effect ) pendistribusian kembali.
- Jika terjadi
ketimpangan atau ketidakmerataan hal tersebut merupakan prasyarat terciptanya
pertumbuhan ekonomi.
- Kritik paling keras
dari strategi yang pertama ini adalah bahwa pada kenyataan yang terjadi adalah
ketimpangan yang semakin tajam.
Ø Strategi
Pembangunan dengan Pemerataan
Keadaan sosial antara si kaya dan
si miskin mendorong para ilmuwan untuk mencari alternatif. Alternatif baru yang
muncul adalah strategi pembangunan pemerataan. Strategi ini dikemukakan oleh
Ilma Aldeman dan Morris. Yang menonjol pada pertumbuhan pemerataan ini adalah
ditekannya peningkatan pembangunan melalui teknik social engineering, seperti
melalui penyusunan rencana induk, paket program terpadu. Dengan kata lain,
pembangunan masih diselenggarakan atas dasar persepsi, instrumen yang ditentukan
dari dan oleh mereka yang berada “diatas” (Ismid Hadad, 1980). Namun ternyata
model pertumbuhan pemerataan ini juga belum mampu memecahkan masalah pokok yang
dihadapi negara-negara sedang berkembang seperti pengangguran masal, kemiskinan
struktural dan kepincangan sosial.
Ø Strategi
Ketergantungan
Teori
ketergantungan muncul dari pertemuan ahli-ahli ekonomi Amerika Latin pada tahun
1965 di Mexico City. Menjelaskan dasar-dasar kemiskinan yang diderita oleh
negara-negara sedang berkembang, khususnya negara-negra Amerika Latin. Yang
menarik dari teori ketergantungan adalah munculnya istilah dualisme
utara-selatan, desa-kota, corepriphery yang pada dirinya mencerminkan adanya
pemikiran pembangunan yang berwawasan ruang.
Pada tahun 1965 muncul
strategi pembangunan dengan nama strategi ketergantungan. Konsep ini timbul
dikarenakan tidak sempurnanya strategi pertumbuhan dan strategi pembangunan
dengan pemerataan.
Inti dari konsep
strategi ketergantungan adalah :
Kemiskinan di
negara–negara berkembang lebih disebabkan karena adanya ketergantungan negara
tersebut dari pihak/negara lainnya. Oleh karena itu jika suatu negara ingin
terbebas dari kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi, negara tersebut harus
mengarahkan upaya pembangunan ekonominya pada usaha melepaskan diri dari
ketergantungandari pihak lain. Langkah yang dapat ditempuh diantaranya adalah
meningkatkan produksi nasional yang disertai dengan peningkatan kemampuan dalam
bidang produksi, lebih mencintai produk nasional.
Teori ketergantungan
ini kemudian dikritik oleh Kothari dengan mengatakan “. . . . .teori
ketergantungan tersebut memang cukup relevan, namun sayangnya telah menjadi
semacam dalih terhadap kenyataan dari kurangnya usaha untuk membangun
masyarakat sendiri (selfdevelopment). Sebab selalu akan gampang sekali bagi
kita untuk menumpahkan semua kesalahan pada pihak luar yang memeras, sementara
pemerasan yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat kita sendiri dibiarkan
saja . . . . . “ ( Kothari dalam Ismid Hadad, 1980 ).
Ø Strategi
yang Berwawasan Ruang
Strategi
ini menganjurkan agar negara-negara sedang berkembang memperbaiki tata hubungan
sosial, politik, dan ekonomi kearah prinsip swadaya, partisipasi rakyat dan
keadilan sosial dengan lebih memperhatikan lapisan masyarakat paling bawah yang
hidup dibawah garis kemiskinan yang ternyata merupakan bagian terbesar dari
masyarakat.
Ø Strategi Pendekatan Kebutuhan Pokok
Sasarana
dari strategi ini adalah menanggulangi kemiskinan secara masal. Strategi ini
dilatarbelakangi oleh ketidakmampuan pembangunan menjangkau, apalagi memecahkan
masalah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Strategi ini selanjutnya
dikembangkan oleh Organisasi Perburuhan Sedunia (ILO) pada tahun 1975, , dengan
dikeluarkannya dokumen: Employment, Growth, and Basic Needs : A One World
Problem. ILO menekankan bahwa kebutuhan
pokok manusia tidak mungkin dapat dipenuhi jika pendapatan masih rendah akibat
kemiskinan yang bersumber pada pengangguran. Untuk itu tiga sasaran pokok perlu
diusahakan bersama yaitu membuka lapangan kerja, meningkatkan pertumbuhan dan
pemenuhan kebutuhan pokok.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Strategi Pembangunan
Pada
dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi pembangunan ekonomi
adalah tujuan yang hendak dicapai. Apabila yang ingin dicapai adalah tingkat
pertumbuhan yang tinggi, maka faktor yang mempengaruhi digunakannya strategi
tersebut adalah :
a. Tingkat
pertumbuhan ekonomi yang rendah
b. Akumulasi
kapital yang rendah
c. Tingkat
pendapatan pada kapital yang rendah
d. Struktur
ekonomi yang berat ke sektor tradisional yang juga kurang berkembang.
Faktor yang
mempengaruhi diberlakukannya strategi pembangunan yang berorientasi pada
penghapusan kemiskinan pada dasarnya dilandasi oleh keinginan bahwa kemiskinan
harus secepat mungkin diatasi. Ketimpangan antar daerah ini disebabkan oleh
kebijaksanaan penanaman modal yang cenderung hanya diarahkan ke lokasi tertentu
dan biasanya bersifat padat modal, selain itu juga disebabkan karena potensi
daerah yang berbeda-beda. Dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi
diberlakukannya strategi pembangunan yang berorientasi pada pemerataan antar
daerah adalah :
a. Potensi
daerah yang berbeda
b. Kebijaksanaan
penanaman modal yang berat sebelah
c. Adanya
ketimpangan antar daerah.
3. Strategi Pembangunan Ekonomi Indonesia
Seperti
kita ketahui bersama bahwa salah satu tujuan penting perencanaan ekonomi di
negara sedang berkembang seperti Indonesia adalah untuk meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi. Untuk meningkatkan pertumbuhan tersebut berarti perlu juga
meningkatkan laju pembentukan modal dengan cara meningkatkan tingkat
pendapatan, tabungan, dan investasi. Untuk negara Indonesia peningkatan laju
pembentukan modal ini menghadapi berbagai kendala, salah satunya adalah
kemiskinan masyarakat Indonesia itu sendiri. Hal ini diakibatkan karena tingkat
tabungan yang rendah. Tingkat tabungan rendah dikarenakan tingkat pendapatan
rendah. Akibatnya laju investasi juga rendah dan berpengaruh pada rendahnya
modal dan produktivitas. Maka strategi yang dilakukan yaitu :
•
Meningkatkan impor barang-barang
sandang, alat-alat transportasi dan perhubungan, barang-barang modal,
barang-barang keperluan lainnya
• Meningkatkan ekspor yang
diprioritaskan pada hasil perkebunan,
kehutanan,minyak dan logam
• Memperbaiki organisasi ke dalam
melalui:
a.Penetapan upah
minimum
b.Perbaikan
perumahan rakyat
c.Transmigrasi
d.Peningkatan
pembangunan jalan kereta api baru, bendungan, tenaga listrik dan pelabuhan
e.Industrilisasi
f.Tambang
dan minyak tanah
g.Industri
pertanian
h.Pertanian
dan perikanan
i.Penanaman
hutan
j.Pelayaran
dan perhubungan antar pulau
Pada
awal Orde Baru, strategi pembangunan di Indonesia lebih diarahkan pada tindakan
pembersihan dan perbaikan kondisi ekonomi yang mendasar, terutama usaha-usaha
untuk menekan laju inflasi yang sangat tingi (Hyper Inflasi).
Strategi-strategi
tersebut kemudian dipertegas dengan ditetapkan sasaran-sasaran dan titik berat
setiap Repelita, yakni :
REPELITA I : Meletakkan titik berat pada
sektor pertanian dan industri yang mendukung sektor pertanian meletakkan
landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya.
REPELITA II : Meletakkan titik berat pada
sektor pertanian dengan meningkatkan industri yang mengolah bahan mentah
menjadi bahan baku meletakkan landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya.
REPELITA III : Meletakkan titik berat pada
sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang
mengolah bahan baku menjadi barang jadi meletakkan landasan yang kuat bagi
tahap selanjutnya.
REPELITA IV : Meletakkan titik berat pada
sektor pertanian untuk melanjutkan usaha-usaha menuju swasembada pangan dengan
meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri,
baik industri ringan yang akan terus dikembangkan dalam Repelita-repelita
selanjutnya meletakkan landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya.
4. Perencanaan Pembangunan
Adapun definisi
perencanaan pembangunan, menurut Bintoro Tjokromidjojo, manfaat perencanaan
adalah :
1. Dengan adanya perencanaan
diharapkan terdapatnya suatu persyaratan kegiatan, adanya pedoman bagi
pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan
pembangunan.
2. Dengan perencanaan maka dapat
dilakukan suatu perkiraan terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaa yang akan
dilalui.
3. Perencanaan memberikan
kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang terbaik atau
kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik.
4. Dengan perencanaan dapat
dilakukan penyusunan skala prioritas
5. Dengan adanya rencana maka akan
ada suatu alat pengukur untuk mengadakan suatu pengawasan dan evaluasi
6. Penggunaan dan alokasi
sumber-sumber pembangunan yang terbatas adanya secara lebih efisien dan efektif
7. Dengan perencanaan, perkembangan
ekonom yang mantap atau pertumbuhan ekonomi yang terus menerus dapat
ditingkatkan
8. Dengan perencanaan dapat dicapai
stabilitas ekonomi, menghadapi siklis konjungtur.
Dalam sejarah perkembangannya,
perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia dibagi dalam beberapa periode, yakni
:
- Periode Orde Baru, dibagi dalam :
• Periode 1945 – 1950
• Periode 1951 – 1955
• Periode 1956 – 1960
• Periode 1961 – 1966
- Periode Setelah Orde Baru dibagi
dalam :
• Periode 1966 s/d periode
stabilisasi dan rehabilitasi
• Periode Repelita I : 1969/70 –
1973/74
• Periode Repelita II : 1974/75 –
1978/79
• Periode Repelita III : 1979/80 –
1983/84
• Periode Repelita IV : 1984/85 –
1988/89
• Periode Repelita V : 1989/90 –
1993/94
Menurut
Bintoro Tjokroaminoto, perencanaan ialah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan
secara sistimatis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Tujuan
Perencanaan :
1. Standar pengawasan, yaitu mencocokan
pelaksanaan dengan perencanaan
2. Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya
suatu kegiatan
3. Mengetahaui struktur organisasinya
4.
Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan
5. Memimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak
produktif
6. Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai
kegiatan pekerjaan
7. Menyerasikan dan memadukan beberapa
subkegiatan
8. Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal
ditemui
9. Mengarahkan pada pencapaian tujuan
10.
Menghemat biaya, tenaga dan waktu
Manfaat
Perencanaan
Adapun
manfaat dari perencanaan yaitu Manfaat Perencanaan :
1.
Standar pelaksanaan dan pengawasan
2.
Pemilihan sebagai alternatif terbaik
3.
Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan
4.
Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi
5.
Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan
6.
Alat memudahakan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait
7.
Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar