Kamis, 12 Desember 2013

Konsep Flow & Conjunctur



Asal Mula Pemikiran Perihal Siklus Ekonomi
Beberapa bagian penting dalam teori siklus ekonomi sudah ditemukan sebagai bagian-bagian dalam kerangka pemikir Klasik Ortodoks, dan diluar Mazhab Klasik adalah pemikiran Karl Marx dan Friederich Engels. Pertengahan abad XIX, John Stuart Mill, dalam Principles of Political Economy (1848) mengungkapkan tentang adanya krisis krisis komersial (commercial crisis) yang muncul secara periodik. Dalam tahun yang sama, Marx dan Engels di Communist Manifesto (1848) juga menyatakan krisis komersial yang dialami secara berulang-ulang dan periodik sebagai salah satu ciri pokok sistem kapitalis. Kemudian dalam bagian kedua abad XIX Clement Juglar (ilmuwan bangsa Perancis) membeberkan secara empiris sistematis sifat dan corak krisis komersial yang berulang secara periodik. Juglar adalah pengarang pertama kali yang menggunakan istilah siklus (cycle) dengan menonjolkan perkiraan-perkiraan lamanya masa waktu menaik dan menurunnya kegiatan ekonomi di antara peristiwa dua krisis. Dengan kata lain, ditunjukkannya panjang-pendeknya gelombang suatu siklus kegiatan ekonomi: dari titik terendah sampai titik terendah berikutnya.
Clement Juglar harus dianggap pakar perintis yang meletakkan dasar pengembangan teori siklus ekonomi selanjutnya. Kemudian lama tidak ada pemikiran baru, setelahnya akhir abad XIX awal abad XX muncul pemikiran Tugan-Baranowski (ekonom dari Rusia) yang menyajikan kerangka analisis dan dasar teori sebagai landasan pemikiran modern ilmu siklus ekonomi. Juglar dan Tugan-Baranowski adalah dua pakar ekonomi yang pemikirannya mengawali perkembangan teori siklus ekonomi, yang selama  bagian pertama abad XX dikembangkan, dipaparkan sejumlah tokoh pemikir lain diantaranya: Arthur Spiethof (Jerman), Albert Aftalion (Perancis), Joseph Schumpeter (Austria), Wesley Mitchell (Amerika), Gottfried von Haberler (Jerman), Friederich von Hayek (Austria).
Berbagai Jenis tentang Siklus Ekonomi
Setelah diterbitkannya karya Joseph Schumpeter mengenai permasalahan siklus ekonomi (Business Cycle), kini lazim dibedakan antara empat jenis siklus ekonomi. Dalam hubungan ini dikenal siklus jangka pendek, siklus jangka menengah, siklus jangka menengah/panjang, dan siklus jangka panjang. (yang  disebut juga gelombang jangka panjang ataupun gerak kecenderungan jangka panjang). Pentahapan  waktu tersebut langsung terkait dengan faktor kekuatan paling berperan dalam gerak kegiatan gelombang ekonomi yang bersangkutan.
 
1.     Siklus Jangka Pendek, menyangkut gerak gelombang kegiatan ekonomi selama 3-4 tahun (rata-rata berkisar pada 40 bulan) dari tingkat terendah sampai tingkat terndah berikutnya, dinamakan siklus Kitchen,
2.     Siklus Jangka Menengah, meliputi masa waktu 7-11 tahun (rata-rata berkisar 9 tahun), disebut Siklus Juglar,
3.     Siklus Jangka Menengah/Panjang, masa waktu 15-22 tahun (rata-rata kurang dari 20 tahun), disebut siklus Kuznets.
4.     Gerak Kecenderungan Jangka Panjang, menyangkut gelombang ekonomi selama masa waktu 40-60 tahun (rata-rata 54 tahun) dikenal sebagai Gelombang Kondratieff. Nicolai Kondratieff pemikir besar bangsa Rusia awal abad XX murid dari Tugan-Baranowski.

TEORI TENTANG SIKLUS EKONOMI (BUSINESS CYCLE)
Kegiatan ekonomi masyarakat senantiasa bergerak menurut pola yang secara periodik menunjukkan pentahapan gelombang menaik dan menurun.
Dapat dikatakan adanya pasang-surut kegiatan ekonomi dalam perkembangan keadaan. Fenomena pasang-surut dalam gerak gelombang kegiatan ekonomi itu dalam dunia ilmu ekonomi di Eropa barat lazim disebut konjungtur ekonomi, sedang dalam karya pengarang Inggris mula-mula digunakan istilah Trade Cycle, dan di Amerika Serikat diistilahkan Business Cycle. Dalam telaah tinjauan Prof Soemitro Djojohadikusumo (1991) digunakan istilah “siklus kegiatan ekonomi” atau singkatnya siklus ekonomi.
Definisi business cycle atau trade cycle (siklus perekonomian atau siklus perdagangan) menurut Wesley C. Mitchell dan Arthur F. Burns dalam Ricardo (2007) adalah:
“Business cycles area type of fluctuation found in the aggregate economic activity of nations that organize their work mainly in business enterprise ; a cycle consists of expansion occuring at about the same time in many economic activities, followed by similarly general recessions, contractions, and revival which merge into the expansion phaze of the nextcycle ; this sequence of changes is recurrent but not periodic ; in duration business cycle vary from more than one year to ten or twelve years ; they are not divisible into shorter cycles of similar character with amplitudes approximating their own”
Definisi business cycle yang tercantum dalam kamus ekonomi adalah sebagai fluktuasi dari tingkat kegiatan perekonomian (PDB riil) yang saling bergantian antara masa depresi dan masa kemakmuran (booms). Business cycle atau sikus ekonomi dapat pula diartikan sebagai fluktuasi aktivitas ekonomi dari trend pertumbuhan jangka panjangnya. Kata siklus sendiri mengandung arti pergantian secara silih berganti antara periode pertumbuhan output yang cepat (inflasi) dengan periode penurunan output (resesi). Adapun variabel yang digunakan untuk mengatur fluktuasi ekonomi adalah GDP riil. Salah satu peran utama pemerintah adalah unuk mengatasi business cycle dan mengurangi fluktuasi yang terjadi (Ricardo, 2007).

Suatu siklus dalam kegiatan ekonomi mencerminkan fluktuasi (gerak menaik-menurun) secara bergelombang pada kegiatan ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Fluktuasi serupa seperti itu terjadi secara berulang dalam suatu jangka waktu tertentu, Secara umum dapat dikatakan bahwa siklus kegiatan ekonomi terulang secara periodik, akan tetapi tidak mutlak perlu bersifat reguler; artinya jangka waktu itu dalam masing-masing siklus tidak harus selalu sama lamanya. Sering siklus-siklus ekonomi berbeda satu dari lainnya, baik mengenai lama-tidaknya jangka waktu maupun mengenai amplitude-nya (jarak antara puncak gelombang dan garis titik rata-rata).
Pengertian tentang teori siklus ekonomi sangat relevan dalam rangka pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang menyangkut kebijakan negara untuk melakukan perubahan struktural dalam tata susunan ekonomi masyarakat yang memakan usaha jangka panjang untuk masa waktu beberapa generasi.
Ada empat tahapan dalam siklus perekonomian: tahap pertama dalah masa depresi (depession), yaitu suatu periode penurunan permintaan agregat yang cepat yang diikuti dengan rendahnya tingkat output dan tingkat pengangguran yang tinggi yang secara bertahap mencapai dasar yang paling rendah; tahap yang kedua adalah tahap pemulihan (recovery), yaitu peningkatan permintaan agregat yang diikuti dengan peningkatan output dan penurunan tingkat pengangguran; tahap yang ketiga adalah masa kemakmuran (prosperity), yaitu permintaan agregat yang mencapai dan kemudian melewati taraf output yang terus menerus (PDB potensial) pada saat puncak siklus telah dicapai, dimana tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dicapai dan adanya kelebihan permintaan mengakibatkan naiknya tingkat harga-harga umum (inflasi); tahap keempat adalah masa resesi (recession), dimana permintaan agregat menurun, yang mengakibatkan penurunan yang kecil dari output dan tenaga kerja, seperti yang terjadi pada tahap awal, seiring dengan hal ini maka akan muncul masa depresi.
Tahapan-tahapan ini dapat dilihat dalam Gambar 1 berikut ini :

Gambar 1. Tahapan Business Cycle
Sumber: Pass dan Lowes (1994)

Setiap siklus memiliki dua jenis titik balik (turning points), yaitu titik puncak (peak) dan titik lembah (trough). Kedua titik balik ini menandakan sinyal apabila arah dari pergerakan siklikal suatu indikator berubah dari periode ekspansi ke periode kontraksi atau jika terjadi sebaliknya. Kedua titik balik ini hanya dapat ditentukan menggunakan data time series yang merupakan deviasi dari trendnya, yaitu merupakan definisi dari business cycle yang digunakan dalam penelitian ini. Tahapan ini akan datang silih berganti sepanjang waktu dalam perekonomian suatu negara (Ricardo, 2007).
Fluktuasi Ekonomi
Dalam perkembangan teori tentang fluktuasi ekonomi, dunia ekonomi dihadapkan pada dua pandangan yang berbeda dalam menjelaskan terjadinya fluktuasi output dan kesempatan kerja jangka pendek. Teori tentang fluktuasi ekonomi yang paling umum saat ini adalah teori Real Business Cycle, teori Business Cycle Keynesian dan teori Business Cycle Moneter.
Teori Real Business Cycle
Teori Real Business Cycle memberi kontribusi penting dalam ilmu ekonomi dengan memberi sudut pandang baru yang berbeda dalam mengkaji fluktuasi jangka pendek dari output dan kesempatan kerja (employment) yang dijelaskan dengan menggunakan substitusi tenaga kerja antar waktu. Dalam teori ini, fluktuasi dianggap sebagai perubahan dalam tingkat output alami atau keseimbangan dengan tetap mempertahankan model klasik sebagai acuan. Teori ini mengasumsikan bahwa harga dan upah adalah fleksibel, bahkan dalam jangka pendek. Dengan asumsi complete price flexibility, teori ini menganut classical dichotomy dimana variabel-variabel nominal seperti pergerakan uang dan tingkat harga tidak mempengaruhi variabel-variabel di sektor riil seperti output dan pengangguran (Mankiw, 2000).
Teori ini menyatakan bahwa pergerakan di sektor riil disebabkan oleh faktor alami di sektor ini sendiri. Seperti terjadinya technological shock yang membuat produktivitas meningkat yang kemudian berakhir pada perekonomian yang semakin meningkat. Dengan kata lain, semua fluktuasi di sektor riil seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, tingkat konsumsi dan investasi merupakan hasil reaksi dari individu-individu terhadap perubahan dalam perekonomian.
Selama resesi/kemunduran teknologi dan output, insentif untuk bekerja menurun karena teknologi produksi menurun. Asumsi lain yang juga penting dalam teori ini adalah netralitas uang dalam perekonomian. Hal ini berlaku juga untuk jangka pendek, dimana kebijakan moneter tidak akan mempengaruhi variabel-variabel riil, seperti output dan kesempatan kerja.
Teori Business Cycle Keynesian
Para pengkritik teori Real Business Cycle umumnya berasal dari penganut aliran Keynesian. Banyak dari mereka percaya bahwa fluktuasi output dan kesempatan kerja dalam jangka pendek disebabkan oleh terjadinya fluktuasi dalam permintaan agregat akibat lambatnya upah dan harga menyesuaikan dengan kondisi ekonomi yang sedang berubah. Dengan kata lain teori ini percaya bahwa upah dan harga bersifat kaku/sulit berubah, sehingga peranan pemerintah dalam kebijakan fiskal dan moneter sangat diperlukan untuk menstabilkan perekonomian. Karena teori ini dibangun diatas model permintaan agregat dan penawaran agregat tradisional, maka dalam teori ini dikatakan bahwa perubahan harga dari biaya sekecil apapun akan memiliki dampak makroekonomi yang besar karena adanya eksternalitas permintaan agregat. Teori ini telah memasukkan guncangan pada sisi penawaran, ketidakstabilan moneter dengan guncangan terhadap permintaan uang dalam modelnya (Mankiw, 2000).
Teori Keynesian menekankan pada pentingnya ketidakstabilan agregat sebagai penyebab terjadinya fluktuasi makroekonomi.
Teori Business Cycle Moneter
Teori business cycle moneter menekankan pada pentingnya guncangan permintaan, khususnya terhadap fluktuasi ekonomi, tetapi hanya dalam jangka pendek. Dalam business cycle moneter dan keynesian, uang mempengaruhi output sedangkan teori real business cycle menyatakan bahwa output mempengaruhi uang.
Karakteristik Hubungan Indikator dalam Business Cycle
Berikut ini akan dijabarkan mengenai hubungan antara indikator-indikator ekonomi dengan business cycle, yang terbagi menjadi tiga, yaitu:
􀂃 Procyclical, hubungan dimana arah pergerakan dari indikator-indikator ekonomi sama dengan perubahan yang terjadi pada perekonomian suatu negara. Ketika perekonomian membaik, maka dapat dipastikan bahwa indikatornya akan mengalami peningkatan.
􀂃 Countercyclical, hubungan dimana indikator-indikator ekonomi memiliki arah gerak yang berlawanan dengan perekonomian suatu negara yang sedang terjadi.
􀂃 Acyclical, indikator-indikator ekonomi tidak memiliki hubungan dengan perubahan yang terjadi pada perekonomian suatu negara. Apapun kondisi perekonomian tersebut, baik dalam kondisi yang cukup bagus maupun dalam kondisi buruk, perubahan yang terjadi dalam indikator tersebut tetap tidak terpengaruh dan berada pada trend-nya sendiri.

Referensi        :

         

repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/45926/H06mse1.pdf

Tidak ada komentar: